Saat Tubuh Mengingat, dan Jiwa Belajar Memaafkan
Emosi_dan_Psikologi | 24 Jul 2025 | Athree | Dilihat 9x

RumahPulih.com – Tidak semua luka bisa dilihat dengan mata. Ada luka yang membekas jauh di dalam atau yang sering disebut dengan trauma. Ia datang diam-diam, membentuk pola pikir, cara mencintai, bahkan cara kita melihat diri sendiri. Trauma bisa berasal dari masa kecil, kekerasan, kehilangan, pengkhianatan, ketakutan atau pengalaman yang membuat kita merasa tak aman. Namun, satu hal yang pasti: trauma bisa dipulihkan.
Trauma Bukan Kelemahan, Tapi Respons Alami Otak
Menurut Dr. Bessel van der Kolk, penulis The Body Keeps the Score, trauma adalah pengalaman luar biasa yang melampaui kemampuan seseorang untuk mengatasi. Otak menyimpan trauma bukan hanya sebagai ingatan, tapi juga dalam bentuk sensasi, reaksi tubuh, dan emosi yang sulit dikendalikan.
Orang yang mengalami trauma seringkali:
Mudah panik tanpa sebab jelas
Menghindari situasi tertentu
Merasa hampa atau mati rasa
Merasa tidak layak dicintai
Sulit mempercayai orang lain
Ini bukan karena mereka lemah, tapi karena sistem sarafnya masih ‘berjaga’ untuk bertahan.
Kenapa Trauma Sulit Hilang Sendiri?
Trauma bukan sekadar peristiwa masa lalu. Ia bisa menempel dalam sistem tubuh, bahkan puluhan tahun setelah kejadian. Itulah mengapa:
Kata-kata “ikhlaskan saja” sering tidak membantu.
Luka batin tak kunjung sembuh meski waktu terus berjalan.
Pola yang sama terus berulang: pasangan toxic, rasa takut ditinggalkan, ledakan emosi secara tiba-tiba.
Pulih dari trauma butuh proses, Pulih bukan berarti melupakan. Pulih artinya berani melihat luka, tanpa terjebak di dalamnya.

Beberapa langkah yang terbukti membantu, antara lain:
1. Menyadari dan Mengakui Luka
Langkah pertama adalah validasi diri. Trauma yang tidak disadari, sering meledak dalam bentuk perilaku tanpa arah.
2. Menciptakan Rasa Aman
Rasa aman adalah fondasi pemulihan. Baik melalui terapi, komunitas suportif, ruang journaling dan hubungan yang sehat
3. Mencari Bantuan Profesional
Psikolog atau terapis trauma punya teknik seperti EMDR, Somatic Experiencing, dan CBT untuk membantu otak memproses kembali memori traumatis secara sehat.
4. Menyatu dengan Tubuh
Trauma hidup di tubuh. Aktivitas seperti pernapasan sadar, yoga trauma-informed, atau grounding dapat membantu menenangkan sistem saraf.
5. Berlatih Self-Compassion
Bersikap lembut pada diri sendiri bukan kelemahan. Ini adalah bentuk kekuatan baru untuk menyembuhkan luka lama.
Afirmasi :
Aku mungkin pernah terluka, tapi aku tidak lagi hidup dalam luka itu. Hari ini, aku memilih untuk memeluk diriku dengan sadar dan kasih sayang. Aku aman, aku cukup, dan aku sedang bertumbuh. Setiap langkah kecilku menuju pulih adalah bentuk keberanian besar. Aku layak sembuh. Aku layak bahagia.
#RumahPulih
#MentalHealthAwareness #TraumaHealing #SelfCompassion #InnerChildHealing #EmotionalHealing
Iklan / Sponsor


