Burnout Emosional: Ketika Jiwa Lelah dan Hati Menyerah

Emosi dan Psikologi | 26 May 2025 | Athree | Dilihat 26x

Gambar Artikel

RumahPulih.com Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak orang mengalami kelelahan yang tak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional. Kondisi ini dikenal sebagai burnout emosional, sebuah bentuk kelelahan mental yang dapat menggerogoti semangat hidup, produktivitas, bahkan makna eksistensi diri.

Apa Itu Burnout Emosional?

Menurut World Health Organization (WHO), burnout adalah sindrom yang terjadi akibat stres kronis di tempat kerja yang tidak berhasil ditangani. Namun, burnout tidak hanya terbatas pada pekerjaan. Burnout emosional secara khusus merujuk pada kelelahan psikologis yang muncul akibat tekanan emosional yang terus-menerus, entah itu dari pekerjaan, relasi pribadi, pengasuhan anak, atau tekanan sosial lainnya.

Seseorang yang mengalami burnout emosional sering merasa:

Kehilangan motivasi dan empati



Sulit merasakan kebahagiaan



Merasa hampa atau tidak berguna



Menarik diri dari aktivitas sosial



Emosi mudah meledak atau sebaliknya menjadi datar



Fakta Penelitian: Dampak Burnout Terhadap Kesehatan Mental

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Psychology (Maslach & Leiter, 2016) menunjukkan bahwa burnout berdampak langsung pada kesehatan mental dan fisik, seperti:

Meningkatkan risiko depresi dan kecemasan



Melemahkan sistem kekebalan tubuh



Menurunkan kemampuan kognitif, seperti konsentrasi dan memori



Meningkatkan risiko penyakit jantung



Burnout juga berkaitan dengan anhedonia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk merasakan kenikmatan dalam hal-hal yang dulu menyenangkan.

Iklan Tengah

Penelitian dari Harvard Business Review bahkan menyebutkan bahwa burnout bisa menjadi lebih merusak daripada stres biasa, karena ia menciptakan kelelahan yang kronis dan membuat individu merasa terputus dari tujuan hidupnya.

Pandangan Islam tentang Burnout dan Keseimbangan Jiwa

Islam sebagai agama yang menyeluruh telah memberikan prinsip-prinsip keseimbangan dalam hidup (tawazun), termasuk antara kerja dan istirahat, antara fisik dan spiritual.

Allah berfirman:

"Dan Kami jadikan tidurmu sebagai waktu untuk istirahat."

(QS. An-Naba: 9)

Islam tidak mendorong seseorang untuk terus bekerja tanpa henti, bahkan Rasulullah SAW sendiri menyeimbangkan antara ibadah, bekerja, dan beristirahat. Dalam hadits riwayat Bukhari, ketika ada sahabat yang ingin beribadah terus-menerus tanpa tidur, Nabi SAW menegur dengan berkata:

"Sesungguhnya tubuhmu punya hak atasmu."

Ini menunjukkan bahwa menjaga diri dari kelelahan ekstrim adalah bagian dari amanah sebagai hamba Allah.

Langkah-langkah Islami untuk Mengatasi Burnout Emosional

Tafakur dan Muhasabah Diri

Luangkan waktu untuk merenung, menjauh dari hiruk-pikuk dunia, dan mengevaluasi arah hidup. Rasulullah SAW sering menyendiri di Gua Hira sebelum diutus menjadi Nabi sebagai bentuk perenungan.



Menjaga Sholat dan Dzikir

Sholat lima waktu adalah bentuk "charging rohani" yang menenangkan jiwa. Dzikir seperti membaca Hasbunallah wa ni’mal wakiil atau Laa hawla wa laa quwwata illa billah sangat dianjurkan untuk menenangkan hati yang gelisah.



Berserah dan Bertawakal

Burnout sering muncul karena beban yang terlalu kita pikul sendiri. Padahal, Allah telah berfirman:



“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.”

(QS. Al-Baqarah: 286)




Istirahat dan Rehat

Dalam Islam, tidak ada larangan untuk istirahat. Bahkan hari Jumat sebagian diperuntukkan untuk rehat ruhani. Jangan ragu untuk cuti atau mengambil jeda dari kesibukan dunia.



Kesimpulan

Burnout emosional adalah alarm jiwa yang perlu disadari. Ia bukan tanda kelemahan, tetapi tanda bahwa seseorang telah terlalu lama kuat tanpa jeda. Dalam Islam, menjaga jiwa agar tetap seimbang adalah bagian dari ibadah. Maka ketika rasa lelah menyerang, kembalilah pada Allah, Sang Pemberi Ketenangan.

#rumahpulih #burnout #mentalhealth

Iklan / Sponsor
Iklan
Iklan 2
Iklan Mengambang