Stop Lakukan Ini pada Anak Saat Menangis Tangisan bukan masalah, tapi pesan.

Pengasuhan_Positif | 30 May 2025 | Athree | Dilihat 26x

Gambar Artikel

RumahPulih.com Tangisan adalah bahasa pertama anak. Lewat tangisan, mereka menyampaikan rasa takut, lelah, lapar, marah, atau butuh kenyamanan. Namun, banyak orangtua kadang tanpa sadar merespons tangisan anak dengan cara yang justru menyakitkan atau merusak perkembangan emosinya. Jika Anda ingin membesarkan anak yang sehat secara mental dan emosional, ada beberapa hal yang harus dihentikan saat anak menangis. Bukan karena Anda lemah, tapi karena Anda peduli.


1. Jangan Mengabaikan atau Meninggalkan Anak


Salah satu kesalahan umum yang masih sering dilakukan adalah membiarkan anak menangis sendirian agar "belajar mandiri". Padahal, penelitian dari Harvard University’s Center on the Developing Child menunjukkan bahwa membiarkan anak menangis tanpa respons dapat meningkatkan hormon stres (kortisol), yang merusak perkembangan otak dan kemampuan mengatur emosi.


Sebaliknya, ketika orangtua hadir secara responsif dengan pelukan, kata lembut, atau sekadar menemani anak belajar bahwa dunianya aman. Rasa aman inilah fondasi kepercayaan diri dan kesehatan mental mereka kelak.


2. Jangan Membentak atau Meremehkan Emosi Anak


Ucapan seperti, “Ah, gitu aja nangis?” atau “Kamu lebay banget sih,” terdengar ringan, tapi sebenarnya menyakiti. Menurut American Academy of Pediatrics, membentak atau meremehkan tangisan anak bisa merusak harga diri mereka dan membuat mereka bingung terhadap emosi sendiri.


Alih-alih memarahi, cobalah memvalidasi: “Mama lihat kamu sedih. Yuk, cerita sama Mama.” Validasi adalah kunci anak merasa dimengerti dan diterima.


3. Jangan Membandingkan Anak dengan Orang Lain


“Masa sih kamu kalah sama adik?” atau “Lihat tuh, anak tetangga nggak cengeng begitu,” adalah bentuk pembandingan yang menyakitkan. Psikolog Dr. Laura Markham menyatakan bahwa membandingkan anak justru menumbuhkan rasa tidak cukup, iri hati, dan rendah diri.


Setiap anak unik. Mereka butuh dipahami, bukan dibandingkan. Saat anak menangis, yang mereka butuhkan adalah pelukan, bukan perbandingan.

Iklan Tengah


4. Jangan Langsung Mengalihkan Perhatian


Memberi gadget, makanan manis, atau mainan agar anak berhenti menangis tampak seperti solusi instan. Tapi menurut Journal of Child Psychology and Psychiatry, kebiasaan ini bisa membuat anak tak belajar mengenali dan mengelola emosinya.


Alihkan perhatian hanya setelah emosi anak divalidasi. Katakan, “Kamu sedih, ya? Mama di sini,” sebelum mengajak mereka melakukan aktivitas lain.


5. Jangan Merasa Bersalah Saat Anak Menangis


Banyak orangtua merasa gagal saat anak menangis. Padahal, tangisan adalah bagian dari tumbuh kembang. Dr. Daniel Siegel, ahli saraf anak, menyebut momen menangis sebagai peluang emas orangtua untuk membantu anak membangun koneksi otak yang sehat lewat pendampingan emosional.


Anak yang sering didampingi saat emosinya memuncak, akan lebih mudah belajar self-regulation kemampuan menenangkan diri dan mengelola stres.


Menangis bukanlah tanda kelemahan, melainkan komunikasi yang tulus. Hentikan kebiasaan membentak, mengabaikan, atau membandingkan saat anak menangis. Hadirlah dengan empati, sabar, dan hati terbuka. Anak yang didampingi secara emosional akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, stabil, dan mampu membangun hubungan yang sehat.


Jadi, mulai hari ini, berhentilah menyalahkan tangisan. Mulailah mendengarkan.


#RumahPulih #ParentingEmpatik #KesehatanMentalAnak #StopMembentak #ValidasiEmosi

Iklan / Sponsor
Iklan
Iklan 2
Iklan Mengambang