Menjaga Anak dari Kontaminasi Bahasa yang Tidak Baik di Lingkungan Luar
Pengasuhan_Positif | 23 Jun 2025 | Athree | Dilihat 7x

RumahPulih.com – Dalam proses tumbuh kembang anak, bahasa adalah salah satu aspek penting yang tidak hanya membentuk kemampuan komunikasi, tetapi juga mencerminkan nilai dan moral yang ditanamkan sejak dini. Namun, di tengah lingkungan yang semakin terbuka baik dari televisi, media sosial, teman sebaya, hingga percakapan orang dewasa anak sangat mungkin menyerap kata-kata atau ekspresi yang kurang pantas.
Sebagai orang tua, tentu kita ingin anak tumbuh dengan tutur kata yang santun, penuh empati, dan mencerminkan akhlak yang baik. Lalu, bagaimana cara menjaga mereka agar tidak “terkontaminasi” bahasa yang kasar, menyakitkan, atau tidak sesuai usia?
1. Anak Belajar Bahasa Lewat Meniru
Penelitian dari Harvard University menyatakan bahwa anak usia dini cenderung belajar bahasa dengan cara observasi dan imitasi. Mereka tidak memahami makna sepenuhnya, tetapi akan meniru gaya bicara orang di sekitarnya.
Ini berarti, ketika anak sering mendengar kata kasar dari teman atau media, kemungkinan besar mereka akan mengulanginya bahkan tanpa sadar. Oleh karena itu, pengawasan terhadap lingkungan bahasa di sekitar anak sangatlah penting.
2. Islam Mengajarkan Santun dalam Berkata
Dalam Islam, perkataan yang baik adalah bagian dari iman. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Perintah ini berlaku tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga penting dikenalkan kepada anak-anak. Bahasa adalah refleksi hati. Anak yang terbiasa berkata lembut dan jujur, umumnya memiliki kepribadian yang stabil dan empatik.
3. Solusi: Menanamkan Filter Bahasa Sejak Dini
Berikut beberapa langkah konkret untuk mencegah anak terpengaruh bahasa buruk:
a. Jadikan Rumah Sebagai Tempat Belajar Bahasa Baik
Gunakan kata-kata positif di rumah:
Alihkan kata kasar menjadi kalimat solutif.
Gunakan nada yang lembut, meski sedang menegur.
Misalnya, ganti “Kamu nakal banget!” dengan “Mama sedih kalau kamu begitu. Bisa kita perbaiki bareng-bareng, ya?”
b. Sering Membacakan Buku Cerita Bermuatan Moral
Cerita anak yang menyelipkan nilai akhlak akan memperkaya kosa kata mereka dengan kalimat bijak dan empatik.
c. Diskusikan Saat Anak Mendengar Bahasa Kasar

Jika anak mendengar atau mengatakan kata tidak baik, jangan langsung marah. Tanyakan:
“Kamu dengar dari mana ya?”
“Menurut kamu, kata itu bikin orang lain senang atau sakit hati?”
Gunakan itu sebagai momen edukatif.
d. Batasi Akses pada Konten Tidak Sesuai Usia
Gunakan parental control pada gadget.
Tonton bersama anak dan komentari dengan sudut pandang positif.
e. Bangun Lingkungan Sosial yang Mendukung
Ajak anak berkegiatan dengan teman sebaya yang memiliki pola komunikasi sehat, seperti di taman bermain, kelompok belajar, atau kajian anak.
4. Ingat, Orang Tua adalah Cermin Terbesar
Anak lebih sering meniru daripada mendengar nasihat. Maka, cara kita berbicara sehari-hari pada saat marah, kecewa, atau bahagia akan menjadi contoh mereka dalam berkomunikasi.
Kesimpulan :
Menjaga anak dari pengaruh bahasa yang tidak baik bukan berarti menjauhkan mereka sepenuhnya dari dunia luar, tapi membekali mereka dengan filter nilai, contoh nyata dari orang tua, dan kemampuan berpikir kritis.
Bahasa adalah jendela akhlak. Dengan lingkungan yang mendukung dan komunikasi yang positif, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dalam berbicara, santun dalam menyampaikan, dan kuat dalam menjaga diri dari pengaruh negatif.
#RumahPulih
#BahasaAnak
#AnakSantun
#PolaAsuhPositif
#ParentingIslami
#ParentingBijak
#KomunikasiSehat
Iklan / Sponsor


