Penyebab Anak Sering Tantrum di Rumah: Solusi Efektif

Emosi_dan_Psikologi | 17 Jul 2025 | Raze | Dilihat 23x

Gambar Artikel

RumahPulih.com – Tantrum pada anak adalah hal wajar, terutama di usia 1–4 tahun. Namun, jika terjadi terlalu sering di rumah, orang tua perlu memahami penyebab mendasarnya. Tantrum yang berlebihan bisa dipicu oleh faktor biologis, psikologis, dan lingkungan.


Artikel ini akan membahas penyebab anak sering tantrum di rumah secara mendalam, serta memberikan solusi yang efektif untuk orang tua.


1. Faktor Biologis: Kondisi Fisik & Perkembangan Otak


a. Kelelahan dan Kurang Tidur

Penelitian dalam Journal of Pediatric Psychology (2021) menemukan bahwa anak usia 2–5 tahun yang kurang tidur cenderung lebih mudah tantrum. Tidur berpengaruh pada regulasi emosi, dan ketika anak kelelahan, kemampuan mereka mengendalikan amarah menurun.


b. Kelaparan atau Gula Darah Rendah

Studi dari Pediatrics (2020) menunjukkan bahwa fluktuasi gula darah dapat memicu iritabilitas pada anak. Anak yang melewatkan makan atau mengonsumsi terlalu banyak gula bisa mengalami perubahan mood drastis, meningkatkan risiko tantrum.


c. Kondisi Medis Tertentu (Autisme, ADHD, Sensory Processing Disorder)

Anak dengan gangguan perkembangan seperti ADHD atau autisme lebih rentan tantrum karena kesulitan mengelola emosi. Penelitian di Journal of Autism and Developmental Disorders (2022) menyatakan bahwa 70% anak autisme mengalami tantrum intens akibat overstimulasi sensorik.


2. Faktor Psikologis: Emosi & Perkembangan Kognitif


a. Frustasi karena Tidak Bisa Mengekspresikan Diri

Anak usia 1–3 tahun sering tantrum karena keterbatasan bahasa. Menurut Developmental Psychology (2019), tantrum adalah cara mereka mengkomunikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.


b. Perasaan Tidak Didengar atau Diabaikan

Anak yang merasa diabaikan cenderung menggunakan tantrum untuk menarik perhatian. Studi Child Development (2023) membuktikan bahwa anak yang kurang mendapat respons positif dari orang tua lebih sering mengamuk.


c. Kecemasan dan Stres

Perubahan rutinitas (seperti mulai sekolah atau punya adik baru) dapat memicu kecemasan. Penelitian Journal of Child Psychology and Psychiatry (2021) menemukan bahwa anak yang stres menunjukkan peningkatan frekuensi tantrum.


3. Faktor Lingkungan: Pola Asuh & Situasi Rumah


Iklan Tengah

a. Pola Asuh yang Tidak Konsisten

Orang tua yang terkadang memanjakan, lalu tiba-tiba bersikap keras, membuat anak bingung. Journal of Family Psychology (2020) menyebutkan bahwa inkonsistensi aturan meningkatkan perilaku tantrum.


b. Terlalu Banyak Stimulasi (Gadget, TV, Kebisingan)

Paparan gadget berlebihan dapat membuat anak overstimulasi dan sulit mengatur emosi. Pediatric Research (2022) menemukan korelasi antara screen time lebih dari 2 jam sehari dengan peningkatan tantrum.


c. Konflik Keluarga atau Lingkungan Rumah yang Tidak Stabil

Anak yang sering melihat orang tua bertengkar lebih rentan mengalami tantrum. Menurut Journal of Emotional and Behavioral Disorders (2021), lingkungan rumah yang penuh stres mempengaruhi stabilitas emosi anak.


Solusi Mengurangi Tantrum pada Anak

1. Pastikan Kebutuhan Fisik Terpenuhi (cukup tidur, makan teratur).

2. Ajari Anak Mengenal Emosi dengan bahasa sederhana ("Kamu marah karena mainan rusak?").

3. Beri Perhatian Positif saat anak bersikap baik, bukan hanya saat tantrum.

4. Tetap Tenang & Konsisten dengan aturan, hindari menuruti tantrum.

5. Cari Bantuan Profesional jika tantrum disertai agresi atau berlangsung lebih dari 15 menit.


Kesimpulan

Penyebab anak sering tantrum di rumah bisa berasal dari faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Dengan memahami akar masalahnya, orang tua dapat mengambil langkah tepat untuk mengurangi frekuensi tantrum. Jika tantrum sangat intens dan mengganggu, konsultasikan dengan psikolog anak atau dokter spesialis tumbuh kembang.


Dengan pendekatan yang tepat, tantrum bisa dikelola tanpa harus membuat orang tua frustasi. Semoga artikel ini membantu!

#rumahpulih #parentingindonesia #anaktantrum #mentalhealth


Referensi:

- Journal of Pediatric Psychology (2021)

- Pediatrics (2020)

- Journal of Autism and Developmental Disorders (2022)

- Child Development (2023)

- Journal of Family Psychology (2020)

Iklan / Sponsor
Iklan
Iklan 2
Iklan Mengambang