Kenapa Aku Mudah Marah ke Anakku?

Emosi_dan_Psikologi | 16 Jun 2025 | Athree | Dilihat 18x

Gambar Artikel

RumahPulih.com - Menjadi ibu adalah anugerah yang besar dan mulia, dibalik kemuliaan itu seorang ibu juga memiliki tanggung jawab yang luar biasa. Di balik senyum ibu ada banyak ibu yang merasa bersalah karena sering marah, membentak, atau kehilangan kesabaran pada saat mengasuh anak.

Pernahkah kamu bertanya dalam hati, “Kenapa aku mudah sekali marah pada anakku, padahal aku sayang dia?”

Kemarahan yang muncul bukan karena kamu tidak cinta, tetapi bisa jadi karena ada banyak beban yang kamu bawa dari masa lalu, dari tekanan harian, dan dari luka-luka yang belum sempat kamu obati.

Kemarahan Adalah Bahasa dari Luka yang Belum Sembuh kamu Obati

Kita pernah menjadi anak. Kita pernah kecewa, disalahpahami, dimarahi, atau tidak didengarkan. Semua itu meninggalkan jejak disebut sebagai inner wound atau luka pengasuhan.

Luka-luka itu tidak selalu berdarah, tetapi mereka hidup di dalam kenangan, membentuk cara kita memandang diri, orang lain, bahkan anak kita sendiri. Saat anak kita menangis keras atau melakukan kesalahan, luka batin kita ikut terusik. Dan sering kali, kita merespons bukan sebagai orang dewasa yang tenang, tapi sebagai anak kecil dalam diri kita yang dulu tidak diberi ruang untuk marah, menangis, atau salah.

Penelitian:

Menurut Harvard Center on the Developing Child, stres berkepanjangan tanpa dukungan sosial atau emosional dapat memicu toxic stress. Dalam konteks pengasuhan, toxic stress membuat otak bereaksi secara impulsif dan defensif. Artinya, seorang ibu yang kelelahan dan tidak punya tempat aman untuk mencurahkan perasaannya, akan lebih mudah meledak, meskipun hal itu tidak diinginkannya.

Penelitian juga menunjukkan bahwa orang tua yang mengalami luka pengasuhan lebih rentan mengulang pola yang sama kepada anak jika tidak disadari dan disembuhkan. Bukan karena niat jahat, tapi karena itu adalah respons yang terbentuk bertahun-tahun sebelumnya.

Kelelahan Emosional yang Tidak Terlihat

Selain luka batin, ada juga yang disebut sebagai mental load beban mental yang dipikul ibu setiap hari mulai dari merencanakan santapan hidangan, mengurus kebutuhan rumah, memikirkan pendidikan anak, sampai menenangkan emosi diri sendiri. Semua itu dilakukan tanpa henti. Dan hal itu sering kali tanpa dihargai.

Dan saat beban itu terlalu berat, bahkan satu rengekan kecil dari anak bisa jadi pemicu amarah. Bukan karena ibu jahat. Tapi karena ibu lelah. Karena tidak ada cukup ruang untuk beristirahat, didengarkan, dihargai dan dipulihkan.

Bagaimana Aku Bisa Pulih?

Langkah pertama untuk pulih adalah menyadari bahwa kamu tidak sendirian. Reaksi emosional yang kamu alami bukan karena kamu gagal jadi ibu. Justru karena kamu manusia.

Berikut beberapa langkah kecil yang bisa kamu mulai:

Jangan langsung menanggapi anak apabila anak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan keinginan kita.



Iklan Tengah

Kenali kapan kamu mulai merasa tidak mampu mengatasi tingkah anak yang kadang kita tidak mampu mengatasinya.



Curahkan isi hatimu pada orang yang aman seperti : suami,keluarga dekat dan teman dekat.



Jika kamu memang sudah tidak sanggup menghadapi emosi kamu, Jangan ragu meminta bantuan: pasangan, keluarga, atau ahlinya.



Berikan afirmasi pada diri sendiri: “Aku sedang belajar, aku tidak sendiri.”



Ibu Juga Perlu Dipeluk

Ibu yang kuat bukan yang tidak pernah marah, tapi yang berani mengakui bahwa dia sedang lelah. Ibu yang baik bukan yang sempurna, tapi yang terus belajar menjadi lebih sadar.

Jadi, jika kamu merasa mudah marah akhir-akhir ini, peluklah dirimu sendiri. Mungkin kamu hanya butuh istirahat. Mungkin kamu butuh dimengerti. Dan mungkin... kamu juga butuh dihargai dan dipulihkan.


#rumahpulih #parenting #kesehatanmental

Iklan / Sponsor
Iklan
Iklan 2
Iklan Mengambang